Sifatnya
Sifat Alkitab ada berupa kiasan -majas-, detail, rinci, topical, kronologis, pembulatan dan lain-lain.
1. Kiasan, tidak diartikan secara lahiriah, melainkan secara batiniah,
seperti ketika Adam dan Hawa diciptakan Allah, Allah memerintahkan
mereka supaya tidak memakan buah 'larangan', dan memberitahu akibat dari
pelanggaran itu, bahwa seketika itu juga mereka akan mati.
Namun,
orang yang mengartikan secara lahiriah akan menyalahi Alkitab karena
kenyataannya mereka tidak mati, tetapi yang mengartikan secara batiniah
paham bahwa mati secara rohanilah yang dimaksud Allah, terbukti pada
saat itu juga mereka diusir dari taman Eden yang letaknya disebelah
timur bumi (Kej. 2);
2. Detail, satu contoh sifat detail
diambil dari kitab Injil Matius, yang kebanyakan bercerita secara
besar-besaran, alasannya Injil ini pertama kali ditujukan oleh orang
Yahudi karena Matius menceriterakannya dengan membandingkan dengan
nubuat-nubuat (ramalan) yang tertulis di Perjanjian Lama.
Seperti ketika Yesus menyuruh meminjam keledai (Mat. 21), Matius secara
detail dan sesuai tujuannya menulis bahwa ada dua ekor keledai disana
untuk menggenapi nubuat ini: Za. 9:9, agar orang Yahudi menjadi yakin
bahwa nubuat Mesias terpenuhi dan tergenapi di dalam diri Yesus, tetapi
kitab Injil Markus 11, hanya menulis seekor saja, alias hanya fokus
kepada seekor keledai yang nantinya ditunggangi Tuhan Yesus.
Ini tentu tidak salah, karena kedua penulis memilih sudutpandangnya
sendiri itu adalah kebiasaan umum, misal biasanya orang menulis cerita
dan hanya fokus ke satu 'buah' saja padahal ada banyak 'buah' disana.
3. Saling melengkapi, kasus bunuh diri Yudas Iskariot yang diceritakan
oleh Matius 27 menapakkan kematian yang seketika, Yudas menggantung diri
dan mati, namun di KPR 1 menceritakan kematiannya bahwa ia jatuh
terpelungkup dan seluruh isi perutnya keluar.
Ini tidaklah
bertentangan, justru disinilah kita melihat sifat saling melengkapi,
bahwa Yudas menggantung diri DAN tali yang ia pakai putus sehingga ia
terjatuh akhirnya mati dalam kondisi seluruh isi perutnya keluar.
Ini bukan soal ini atau itu, melainkan ini dan itu!
Sama halnya dengan berita, yang satu sama lain stasiun televisi saling melengkapi. Ini justru menambah pengetahun kita.
4. Sudutpandang, seperti ilustrasi 'buah' di atas -dan- keledai.
Sifat ini yang lainnya dapat kita lihat antara Injil Matius dan Injil
Lukas, dimana keduanya menulis silsilah Yesus namun dari sudut yang
berbeda, yang satu menulis silsilah Ayah (Matius) dan yang lain dari
silsilah Ibu (Lukas).
Injil Matius ditujukan kepada orang
Yahudi, jadi dia menulis dari silsilah ayah, ini hal yang menjadi
tradisi orang Yahudi, Matius memulai silsilah-Nya dari bapa 'Abraham',
karena mulai dari ialah Perjanjian dimulai.
Matius fokus cerita
ke Yusuf, baik dari silsilah maupun perjumpaan Yusuf dengan malaikat,
sedangkan Lukas fokus bercerita ke Maria, mengenai silsilahnya dan
perjumpaan Maria dengan malaikat.
Kemudian, dapat kita lihat
lagi di kitab Injil Yohanes 20, dimana Yohanes fokus ke Maria saja waktu
datang ke kubur Yesus, padahal di kitab Matius kita melihat bahwa Maria
pergi bersama yang lain ke sana, dan sepanjang cerita kebangkitan
Yesus, Yohanes terus fokus ke Maria dimana Maria kemudian bertemu dengan
Yesus, yang ceritanya tidak kita dapati di Injil lain.
5. Rinci, sifat rinci kebalikan dari detail.
6. Topical, sifat ini membahas cerita secara semi-kronologis, yaitu menggabungkan isi 'topic' yang sama.
Seperti ketika Yesus mengutuk pohon ara (Matius 21) nampak bahwa pohon
ara itu langsung kering, padahal di kitab Markus 11 kita membaca bahwa
keesokan harinyalah pohon ara itu kering.
Ini karena Matius
menulisnya secara 'topical', ketika bercerita tentang 'pohon ara', ia
menyelesaikan cerita itu langsung, tidak seperti kitab Markus yang
justru memilih bercerita secara kronologis.
7. Kronologis, secara berutu, seperti kitab Markus di atas.
8. Pembulatan, kitab Tawarikh terlihat bertentangan dengan kitab
Raja-raja ketika menulis tentang umur, baiklah kita ketahui bahwa
kadangkala penulis membulatkan umur-umur tersebut, seperti umur 13 tahun
8 bulan, dibulatkan menjadi 14 tahun; 14 tahun 7 bulan, dibulatkan
menjadi 15...., dan lain-lain.
Orang Indonesia ketika ditanya berapa tahun Belanda menjajahnya, dijawab: selama 350 tahun.
Tidak secara detail menyebut bulan-tanggal-hari-waktunya, mungkin saja
350 tahun itu adalah angka pembulatan dari 349 tahun sekian bulan sekian
hari dan sekian waktu.
Dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar