Minggu, 30 September 2012

Sifatnya

Sifatnya

Sifat Alkitab ada berupa kiasan -majas-, detail, rinci, topical, kronologis, pembulatan dan lain-lain.

1. Kiasan, tidak diartikan secara lahiriah, melainkan secara batiniah, seperti ketika Adam dan Hawa diciptakan Allah, Allah memerintahkan mereka supaya tidak memakan buah 'larangan', dan memberitahu akibat dari pelanggaran itu, bahwa seketika itu juga mereka akan mati.

Namun, orang yang mengartikan secara lahiriah akan menyalahi Alkitab karena kenyataannya mereka tidak mati, tetapi yang mengartikan secara batiniah paham bahwa mati secara rohanilah yang dimaksud Allah, terbukti pada saat itu juga mereka diusir dari taman Eden yang letaknya disebelah timur bumi (Kej. 2);

2. Detail, satu contoh sifat detail diambil dari kitab Injil Matius, yang kebanyakan bercerita secara besar-besaran, alasannya Injil ini pertama kali ditujukan oleh orang Yahudi karena Matius menceriterakannya dengan membandingkan dengan nubuat-nubuat (ramalan) yang tertulis di Perjanjian Lama.

Seperti ketika Yesus menyuruh meminjam keledai (Mat. 21), Matius secara detail dan sesuai tujuannya menulis bahwa ada dua ekor keledai disana untuk menggenapi nubuat ini: Za. 9:9, agar orang Yahudi menjadi yakin bahwa nubuat Mesias terpenuhi dan tergenapi di dalam diri Yesus, tetapi kitab Injil Markus 11, hanya menulis seekor saja, alias hanya fokus kepada seekor keledai yang nantinya ditunggangi Tuhan Yesus.

Ini tentu tidak salah, karena kedua penulis memilih sudutpandangnya sendiri itu adalah kebiasaan umum, misal biasanya orang menulis cerita dan hanya fokus ke satu 'buah' saja padahal ada banyak 'buah' disana.

3. Saling melengkapi, kasus bunuh diri Yudas Iskariot yang diceritakan oleh Matius 27 menapakkan kematian yang seketika, Yudas menggantung diri dan mati, namun di KPR 1 menceritakan kematiannya bahwa ia jatuh terpelungkup dan seluruh isi perutnya keluar.

Ini tidaklah bertentangan, justru disinilah kita melihat sifat saling melengkapi, bahwa Yudas menggantung diri DAN tali yang ia pakai putus sehingga ia terjatuh akhirnya mati dalam kondisi seluruh isi perutnya keluar.

Ini bukan soal ini atau itu, melainkan ini dan itu!

Sama halnya dengan berita, yang satu sama lain stasiun televisi saling melengkapi. Ini justru menambah pengetahun kita.

4. Sudutpandang, seperti ilustrasi 'buah' di atas -dan- keledai.

Sifat ini yang lainnya dapat kita lihat antara Injil Matius dan Injil Lukas, dimana keduanya menulis silsilah Yesus namun dari sudut yang berbeda, yang satu menulis silsilah Ayah (Matius) dan yang lain dari silsilah Ibu (Lukas).

Injil Matius ditujukan kepada orang Yahudi, jadi dia menulis dari silsilah ayah, ini hal yang menjadi tradisi orang Yahudi, Matius memulai silsilah-Nya dari bapa 'Abraham', karena mulai dari ialah Perjanjian dimulai.

Matius fokus cerita ke Yusuf, baik dari silsilah maupun perjumpaan Yusuf dengan malaikat, sedangkan Lukas fokus bercerita ke Maria, mengenai silsilahnya dan perjumpaan Maria dengan malaikat.

Kemudian, dapat kita lihat lagi di kitab Injil Yohanes 20, dimana Yohanes fokus ke Maria saja waktu datang ke kubur Yesus, padahal di kitab Matius kita melihat bahwa Maria pergi bersama yang lain ke sana, dan sepanjang cerita kebangkitan Yesus, Yohanes terus fokus ke Maria dimana Maria kemudian bertemu dengan Yesus, yang ceritanya tidak kita dapati di Injil lain.

5. Rinci, sifat rinci kebalikan dari detail.

6. Topical, sifat ini membahas cerita secara semi-kronologis, yaitu menggabungkan isi 'topic' yang sama.

Seperti ketika Yesus mengutuk pohon ara (Matius 21) nampak bahwa pohon ara itu langsung kering, padahal di kitab Markus 11 kita membaca bahwa keesokan harinyalah pohon ara itu kering.

Ini karena Matius menulisnya secara 'topical', ketika bercerita tentang 'pohon ara', ia menyelesaikan cerita itu langsung, tidak seperti kitab Markus yang justru memilih bercerita secara kronologis.

7. Kronologis, secara berutu, seperti kitab Markus di atas.

8. Pembulatan, kitab Tawarikh terlihat bertentangan dengan kitab Raja-raja ketika menulis tentang umur, baiklah kita ketahui bahwa kadangkala penulis membulatkan umur-umur tersebut, seperti umur 13 tahun 8 bulan, dibulatkan menjadi 14 tahun; 14 tahun 7 bulan, dibulatkan menjadi 15...., dan lain-lain.

Orang Indonesia ketika ditanya berapa tahun Belanda menjajahnya, dijawab: selama 350 tahun.

Tidak secara detail menyebut bulan-tanggal-hari-waktunya, mungkin saja 350 tahun itu adalah angka pembulatan dari 349 tahun sekian bulan sekian hari dan sekian waktu.


Dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar